Thursday, June 12, 2008

jangan pernah taruh hatimu di suatu properti


kenapa kadangkala seseorang kayanya mati2 an ingin "menguasai" suatu poperti tertentu? apakah tdk ada alternatif lokasi lain yg lebih menguntungkan? diperlukan sikap kehati2 an dalam penguasaan atas properti. prinsip utamanya adalah "jangan pernah taruh hatimu di suatu properti jadi harus bersikap rasional karena begitu ada rasa sentimentil muncul, maka segala logika anda dalam pengelolaan properti itu jadi tidak efektif & tidak fokus lagi, karena ingat bisnis properti / real estate itu 3 aspek utama yg terlibat yaitu :

1. LEGAL

yaitu berupa hak kepemilikan atas suatu barang fisik yg dijamin oleh hukum yg dibuktikan dgn sertifikat

2. FINANSIAL

nilai ekonomis, harga pasaran dll. adalah segala perhitungan keuangan yg berkaitan spt : apparaisal aspect, price, market value, cash in, cash out, cashflow, capital gain, depreciation, appreciation, IRR, PV, FV dll

3. FISIK

yaitu perwujudan sosok bangunan itu yg melibatkan ilmu arsitektur sbg perwujudan citarasa, ilmu sipil sbg penerapan ilmu konstruksi, interior sbg aspek kenyamanan didalam ruangan, akustik sbg ilmu tata suara, lighting sbg ilmu tata cahaya,landskap sbg wujud penataan ruang luar dll

nah faktor emosional jelas tidak ada pengaruh dalam pertimbangan berinvestasi, dan kalo hal tsb ternyata dipaksakan jadi bahan pertimbangan maka alasan anda u/ berinvestasi sdh tidak rasional lagi, nah inilah "sumber petaka anda", karena bisa jadi suatu properti yg sebenarnya cuma bernilai rp 100 juta namun karena dulu anda ada kenangan manis misal dulu pernah kost disana waktu kuliah dan pacarnya yg banyak itu bergantian apel ke anda kesitu, maka bisa jadi harga yg kemahalan pun akan tetap anda ambil dgn buta karena akan dikompensasikan antara selisih harga lebihnya dgn "kenangan manis" tsb

namun jangan lupa, ada paradoks dalam dunia properti dimana disatu sisi faktor sentimen atau emosional itu bisa cenderung merugikan spt hal diatas tp disisi lain bisa juga rumour yg terjadi membawa market direction ke arah tertentu baik bullish (harga naik drastis) atau bearish (harga turun drastis). bullish terjadi ketika ada rumor positif berhembus, katakan disuatu kawasan yg merupaka hamparan sawah yg luas yg masih berharga murah diberitakan akan segera dilalui jalan toll dan tepat dimana kita punya lahan akan dibangun pintu toll, apakah kita akan mau melepas harganya kakalu cuma dihargai 2x lipat dari harga saat ini? sebaliknya bearsih adalah ketika bertipu rumor negatif, tidak ada angin tidak ada hujan tiba2 kontraktor PLN sdn melakukan survey bahwa lahan kita akan dilewati oleh SUTET (saluran listrik tegangan ekstra tinggi) kita berminat segera menjualnya sebelumnya dibangun, tp apakah anda punya keyakinan akan laku walaupun telah anda diskon 20% dari harga pasaran saat ini.

dengan pertimbangan diatas sy harap mas ade berpikir lagi, apakah memang sebgitu berharganya rumah paman sehingga anda memeras otak bagaimana bisa membeli ataupun kerja sama dgn bagi hasil. apakah tidak lebih baik memusatkan pemikiran untuk mencari lahan lain yg setara strategisnya dan segera bisa membuka usaha dgn tenang?

sebagai tambahan kalo kerjasama operasional anda sebagai pemodal bisa memperoleh hak sekitar 30-70%. namun harus dipilah lagi kerjasama itu sedikitnya ada 2 macam :

1. PROFIT SHARING : untung bersihnya setelah dipotong segala pengeluaran dibagi sesuai persentase kesepakatan

2. REVENUE SHARING : pendapatan kotornya (omzet) dibagi dahulu sesuai kepakatan dan hasilnya diolah oleh masing masing pihak secara terpisah.

No comments: